Pasti
Anda memiliki kebingungan besar atas apa yang terjadi setelah proses riset
keyword dan analisa persaingan.
Keyword
mana yang nantinya akan Anda dipilih?
Bagaimana
cara menggunakan keywordnya?
Harus
disertakan berapa kali dalam konten?
Percuma
Anda melakukan riset berjam-jam atau berhari-hari kalau Anda tidak tahu
bagaimana memilih keyword yang terbaik dan bagaimana menggunakannya.
Itulah
yang akan dibahas dalam panduan ini.
Melakukan
analisa tingkat kesulitan
Pertama, Anda harus tahu tingkat kesulitannya dulu.
Cara menganalisa persaingan keyword sudah kita
bahas di bab sebelumnya, ada beberapa cara mulai dari yang manual (dengan
MozBar atau SEOQuake) atau yang otomatis (dengan TermExplorer).
Kita bahas mulai dari yang manual.
Analisa manual tahap 1 – Filter keyword
yang volumenya cukup tinggi
Karena jumlah keywordnya sangat banyak, maka Anda harus
kurangi dulu. Untuk itu, yang volume pencariannya sangat rendah Anda sembunyikan.
Anda cari yang volumenya cukup tinggi.
Pertama, buka file CSV Anda di Microsoft Excel atau Google
Sheets.
Blok kolom-kolom berikut:
Kemudian klik kanan di kepala kolom
> Delete selected columns.
Setelah itu, blok kolom sisanya dan klik tombol
filter :
Volumenya terserah keinginan Anda.
Ini tergantung masing-masing orang, jadi kami tidak bisa
memberikan angka pas.
Dalam contoh di atas, kami menghapus keyword yang volume
pencariannya lebih kecil dari 1000 per bulan.
Terakhir, klik tanda panahnya lagi kemudian sort largest
to smaller (sort Z-A untuk Google Sheets).
Analisa manual tahap 2 – Mendapatkan
nilai kesulitannya
Sekarang kita akan analisa keyword yang tersisa.
Lakukan pencarian di Google dengan keyword yang tersisa :
Klik tombol hijau “Get Keyword
Difficulty”.
(Kalau tidak ada, install MozBar)
Tunggu beberapa detik sampai keluar angka persentasenya.
Setelah itu, buat kolom tambahan di
sebelah paling kanan dalam spreadsheet tadi, judulnya “Difficulty”.
Masukkan angkanya :
Itulah cara yang manual.
2 tahap tersebut hanya versi praktisnya saja. Buat anda yang ingin lebih praktis, ada cara yang lebih mudah untuk melakukan analisa ribuan keyword sekaligus:
Analisa otomatis – dengan TermExplorer
Yang ini jauh lebih mudah.
1. Klik menu Keyword Analyzer di bagian atas, klik "Start a
Keyword Analyzer Project".
2. Paste keyword dari file Excel yang sudah anda simpan.
3. Sebelum menekan tombol ‘Start Project’ ubah negaranya
Tunggu beberapa detik/menit.
Setelah selesai, klik tombol Download CSV :
Kemudian file ini bisa anda buka di
Microsoft Excel atau Google Sheets.
Dibandingkan cara manual, TermExplorer akan menghasilkan
analisa yang jauh lebih lengkap.
Difficulty Score bisa anda lihat di kolom paling kanan:
Selesai!
Dalam satu langkah saja Anda bisa mengetahui tingkat
kesulitan banyak keyword sekaligus, yang ini jauh lebih mudah.
Ada satu cara lagi, analisa semi-otomatis
menggunakan Long Tail Pro.
Analisa semi-otomatis – dengan Long Tail Pro
Satu-satunya kelemahan dari TermExplorer yaitu jumlahnya
dibatasi. Kalau Anda ingin analisa banyak keyword, maka Anda harus bayar lebih.
Kalau daftar keyword Anda sedikit sih tidak masalah.
Tapi kalau Anda punya banyak keyword, bakal jadi mahal.
Karena itu, jalan tengahnya adalah Long Tail Pro.
Dengan Long Tail Pro, Anda bisa dengan mudah mem-filter,
mengurutkan, dan mendapatkan tingkat kesulitannya.
Tahapannya :
Klik Find Keywords, kemudian klik
‘Add My Own Keywords’
Paste semua keyword anda, kemudian klik ‘Generate
Keywords & Fetch Data’
Tunggu sampai selesai.
Klik ‘Calculate’ untuk mendapatkan tingkat persaingannya
Meskipun lebih lambat daripada
TermExplorer, tapi anda bisa melakukan analisa sebanyak-banyaknya.
Prosesnya juga lebih mudah daripada manual.
Menentukan Prioritas Keyword
Caranya mudah.
Kira-kira seperti ini pertimbangannya:
- Hindari keyword dengan volume (Avg. Monthly Searches) rendah tapi difficulty tinggi
- Prioritaskan keyword dengan volume tinggi dan difficulty rendah
- Prioritaskan keyword dengan volume menengah dan difficulty sangat
- Prioritaskan keyword dengan volume rendah, difficulty rendah, tapi sangat relevan dengan target pasar anda
- Prioritaskan semua keyword yang sangat relevan, terlepas dari difficulty-nya
- Hapus keyword yang tidak masuk akal
Ada 2 hal lagi:
Pertama, jangan hapus keyword-keyword dengan volume dan
difficulty tinggi. Ini masih bisa digunakan nanti saat website Anda sudah
cukup besar.
Kedua, ada baiknya Anda lakukan analisa manual lagi
berdasarkan panduan sebelumnya untuk website-website di halaman pertama Google
untuk tiap keyword yang Anda incar.
Karena angka persaingan tidak selalu akurat.
Untuk mencatat prioritasnya, buat kolom baru bernama
Priority di Excel anda. Kemudian masukkan angka dari 1, 2, 3,… sesuai prioritas
yang Anda inginkan.
Seperti ini :
Setiap kali ingin membuat konten
baru, Anda bisa menggunakan keyword tersebut berdasarkan urutan prioritasnya.
Prioritas berdasarkan jenis keyword
Selain persaingan dan volume, ada satu pertimbangan lagi:
search intent.
Ada 4 jenis keyword berdasarkan intent-nya:
- Informational
- Navigational
- Commercial investigation
- Transactional
Karena navigational tidak kita
gunakan, maka kita sekarang hanya punya 3. Kalau Anda mengikuti panduan keyword
research, anda sekarang punya 3 file masing-masing untuk 1 intent.
Jenis mana yang diutamakan?
Ini bisa kita lihat dari 2 sisi: kualitas dan kuantitas.
Secara kualitas, kualitas untuk konten di keyword transactional
harus yang paling tinggi, sedangkan informational paling rendah.
Secara kuantitas, sebaliknya.
Kuantitas keyword informational lebih tinggi daripada
transactional.
Jadi upayakan supaya halaman-halaman website anda yang
mengincar keyword transactional jumlahnya tidak terlalu banyak tapi harus
SANGAT berkualitas.
Alasannya?
Pengunjung tidak suka melihat banyak konten yang
menawarkan produk.
Tujuan utama orang-orang browsing online adalah untuk mencari informasi dan mencari solusi permasalahan, maka dari itu sediakanlah banyak konten yang bermanfaat bagi mereka.
Memahami jenis konten yang tepat untuk keyword tertentu
Sebelum itu, satu hal dulu :
Konten itu bukan cuma artikel.
bukan juga cuma video atau gambar.
Saat kita bicara konten, selain yang tadi juga bisa
termasuk tool, file untuk didownload, review dari pembeli, halaman
penjualan produk dan yang lainnya.
Intinya apapun yang ada di sebuah halaman website adalah
konten.
Next,..
Untuk keyword commercial investigation dan transactional,
biasanya yang kita butuhkan bukan konten artikel, video, atau gambar.
Tidak cukup.
Misalnya keyword “promo tiket pesawat”.
Untuk keyword tersebut, Anda tidak akan bisa masuk ke
halaman 1 di Google kalau hanya membuat artikel baru yang berisi promo
tiap bulan.
Google paham bahwa orang-orang tidak butuh artikel.
Kualitasnya harus lebih tinggi.
Maka dari itu, coba Anda search di Google dengan keyword
tersebut. Dari peringkat 1-10 isinya tool untuk mencari harga-harga tiket
pesawat promo. Bukan artikel.
Cara
mengetahui tipe konten yang tepat
Sebetulnya tidak sulit…tapi sayangnya, banyak pemilik
website yang tidak peduli. Mereka lebih suka membuat konten artikel, karena
mudah.
Padahal justru percuma.
Jadi caranya begini :
Posisikan diri Anda sebagai orang yang ingin mencari di
Google.
Bayangkan Anda adalah orang yang sedang mencari keyword
tersebut di Google. Konten seperti apa yang kira-kira Anda harapkan?
Coba saya berikan contoh kasus:
- Keyword: “jual canon 60d”. Konten: halaman penjualan produk Canon 60D.
- Keyword: “jual kamera dslr”. Konten: homepage dari toko online yang menjual kamera (karena keywordnya tidak spesifik).
- Keyword: “kamera dslr”. Konten: penjelasan kamera DSLR.
- Keyword: “kamera dslr terbaik”. Konten: artikel berisi daftar kamera DSLR terbaik
- Keyword: “canon 60d”. Konten: halaman produk Canon 60D dari website resmi Canon
Mulai sekarang, jangan lagi buru-buru membuat artikel
untuk semua jenis keyword.
Perhatikan kebutuhan kontennya.
Menggunakan Keyword di dalam Konten
Disinilah banyak orang melakukan
kesalahan fatal.
SEO sekarang berbeda dengan sebelum tahun 2013, sejak
Google meluncurkan algoritma bernama Hummingbird.
Dulu, seperti ini:
Praktisi SEO menggunakan keyword hasil riset secara
berulang-ulang di dalam halaman websitenya. Tujuannya supaya Google paham bahwa
halaman tersebut mengincar keyword tersebut.
Misalnya artikel dengan keyword “cara menghilangkan virus
komputer”.
Keyword tersebut ditulis berulang-ulang kali, dan
penulisannya persis seperti keyword yang muncul dari Google Keyword Planner.
Setelah itu, diberikan hiasan bold/underline/italic.
Sekarang, seperti ini:
Kita tidak perlu pusing-pusing menggunakan keyword di
dalam konten. Asalkan kita membuat konten yang isinya tentang keyword tersebut,
Google akan paham.
Jadi, untuk keyword tadi, anda tinggal membuat artikel
yang berisi panduan menghilangkan virus komputer. Tidak perlu menulis
keywordnya persis seperti itu.
Seperti itu cara kerjanya.
Dengan adanya Hummingbird, Google bisa paham TOPIK dari
sebuah halaman meskipun kita sama sekali tidak menulis keywordnya.
Lalu apa yang harus
dilakukan?
Pertama, ini yang terpenting:
Jangan pedulikan SEO sama sekali saat Anda membuat konten.
Gunakan keywordnya sebagai topik saja, kemudian buatlah
konten yang “apa adanya” tanpa perlu pusing dimana menempatkan keyword
tersebut.
Selain itu, Anda juga tidak perlu
mem-bold/italic/underline setiap kali keywordnya muncul.
Kalau terlalu dipikirkan, justru konten Anda jadi tidak
enak dinikmati.
Tapi bukan berarti keywordnya tidak digunakan sama sekali.
Ada 3 tempat dimana kita sebaiknya menyertakan
keyword:
- Judul halaman
- URL
- Backlink
Demikian itulah yang kami bahas dalam artikel kali ini mengenai bagaimana cara memprioritaskan keyword dari hasil riset ke dalam website. Jika Anda membutuhkan informasi seputar digital marketing atau apapun yang berkaitan dengan web desain dan traffic website, kunjungi juga instagram kami IG : @Faberhost.